Sabtu, 23 Juni 2012

Yoga mengobati fisik dan menghaluskan batinku

(Perjalanan hidup seorang praktisi Yoga) 

Menjadi guru yoga seperti sekarang ini sebenarnya tidak pernah terbayangkan sejak semula oleh saya.
Sesekali saya berhadapan dengan anak-anak, kali lain berhadapan dengan profesional muda. Menghadapi orang banyak, saya tidak mengalami hambatan lagi. Padahal waktu masih kuliah, jangankan tampil di depan umum, jika diminta memberikan presentasi di depan kelas saat perkuliahan di Seni Rupa ITB, saya sering tidak bisa konsentrasi. Akibatnya, presentasi yang sudah disiapkan jauh - jauh hari, bisa berantakan pada hari H.
Namun setelah mengenal yoga, lambat laun sifat dan sikap saya yang kurang baik, terkikis satu persatu. Yoga bisa mengubah diri saya dari seorang yang sangat pesimis, menjadi orang yang tegar, sekaligus lembut. Melalui yoga pula saya bisa menerima keberadaan diri, dan lebih bisa mengendalikan emosi yang sering meluap-luap.
Permasalahan Keluarga
Ketika masih mahasiswi, saya mencatat beberapa hal yang kurang baik pada diri saya. Pertama, saya selalu berpikir negatif. Kedua, saya paling senang membesar-besarkan masalah. Selain itu, apabila sedang ada problem, saya mudah sekali marah. Akibatnya saya tidak pernah tenang. Stres pun terus menghimpit.
Mungkin saja masalah-masalah itu mengemuka karena latar belakang keluarga saya yang broken home. Akibatnya sejak kecil saya selalu terkondisikan untuk selalu tegang, dan akhirnya saya jadi punya konsep diri yang tidak baik.
Saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, yang melibas ekonomi keluarga kami, saya merasakan kondisi itu berat sekali. Bisnis keluarga yang sudah sejak lama berjalan dengan mulus, serta merta bangkrut. Akibatnya agar bisa bertahan hidup, kami harus banting stir. Contoh kecil, saya yang semula tinggal bersama orang tua, harus pindah ke tempat kos yang sederhana.
Perubahan yang tiba-tiba itu tentunya membuat saya menjadi mudah limbung, seakan -akan tidak punya pegangan. Tetapi, roda-roda kehidupan harus tetap bergulir bukan?

Membaca buku yoga
Dalam menapaki hari-hari selanjutnya, yang terbayangkan oleh diri saya, alangkah menyenangkannya apabila ketegangan yang disebabkan karena beban perkuliahan maupun masalah keluarga bisa dilepaskan satu persatu. Tetapi kemana melepasnya? Itu menjadi tanda tanya besar.
Dalam kondisi tersebut tiba-tiba ada keinginan untuk berhenti kuliah yang sedang berjalan, sehingga stres yang sudah mengakar, semakin bertunas. Tetapi karena saya sudah menjalani selama sekian tahun, dan juga karena kasihan pada ibu saya, dengan segala daya dan upaya saya harus menyelesaikan kuliah sampai tuntas.
Sebelumnya, sekitar tahun 1996, secara tidak sengaja saya menemukan sebuah buku berjudul Yoga, Meaning, Value and Practice karya Phulgenda Sinha yang saya dapatkan saat sedang mencari buku mata kuliah di toko buku Palasari, Bandung. Toko tersebut menjual buku-buku bekas/kuno dengan harga murah.
Saya pernah mengetahui sebelumnya bahwa yoga dapat meredakan ketegangan. Karena saya mudah stres, maka saya mencoba untuk berlatih yoga dengan bantuan buku tersebut.
Di masa awal berlatih yoga, saya hanya menganggap yoga sebagai olahtubuh yang mampu memberikan rasa rileks saja, namun setelah menjalani hari-hari yang lebih berat setelahnya, saya mulai berpikir yoga ternyata buka sekedar olahtubuh, ia dapat menjadi pegangan dalam menapaki hari-hari saya.
Setiap hari, saya mencoba memahami lembar demi lembar buku yoga yang sudah tidak utuh lagi itu. Dan pada akhirnya saya berani mencoba mempraktikkan asanas ( postur ), termasuk meditasi, sampai relaksasi.

Awalnya tubuh kaku
Di awal melakukan yoga asanas dan teknik bernapas ( pranayama ), saya merasa tubuh sangat kaku, dan karena 'guru' pertama saya adalah buku, maka saya tidak tahu apakah telah melakukannya dengan benar atau tidak.
Jangankan untuk melakukan meditasi, memusatkan pikiran saat melakukan pengaturan napas dalam asanas pun teramat sulitnya. Postur-postur yoga yang terlihat sangat rumit yang tertera dalam buku, sepertinya mustahil untuk dapat saya kuasai.
Dan di awal masa mempelajari yoga, saya juga belum terlalu memahami esensi dari yoga. Saya hanya berpikir bahwa yoga hanyalah sebatas olahtubuh yang memberikan rileksasi saja, dan kebetulan saya perlu rileks, oleh karenanya saya memilih yoga. Ketika itu terus terang saja saya menjadikan yoga sebagai 'pelarian' saat saya menghadapi masalah.
Namun sebenarnya itu kurang tepat, karena bagaimana pun kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah hanya dengan menghindar!
Pada masa awal berlatih yoga, saya kurang tepat memposisikannya. Namun seiring dengan dengan bergulirnya waktu ( saya belajar yoga hampir 10 tahun dengan guru yang berbeda-beda ) sekarang saya lebih memahami esensi yoga, dan apa yang saya dapatkan lebih dari sekedar rileksasi.

Menguasai tubuh, pikiran, dan jiwa
Yoga ( terutama jenis hatha ) mengajarkan bahwa penguasaan tubuh melalui asanas ( postur ) merupakan jalan kita menuju penguasaan pikiran, dan penguasaan pikiran merupakan gerbang awal menuju penguasaan jiwa. Dan bila kita telah mampu menguasai ke tiga aspek tersebut - tubuh, pikiran, dan jiwa - maka kita akan mengerti kehidupan kita dan dapat mengalaminya dengan lebih harmonis.
Relaksasi dalam yoga pun tidak hanya sekedar santai bermalas-malasan, namun merupakan cara yang sangat efektif untuk melepaskan seluruh ketegangan dan emosi negatif yang terbentuk dari tubuh fisik hingga ke mental. Dan bila seluruh aspek dari diri telah relaks, maka kita dapat merasakan damai yang sesungguhnya, dan mulai tergerak untuk memperbaiki perilaku kita.
Saya juga belajar bahwa satu-satunya cara agar dapat bertahan ialah dengan berjuang, dan bukan dengan menghindar. Disini saya rasakan peran yoga sebagai alat pengontrol diri. Menenangkan diri saat sedang tegang, sekaligus menguatkan mental saya saat menghadapi masalah.

Kecelakaan Mobil
Oh ya, pada tahun 1994, waktu masih SMA saya sempat mengalami kecelakaan mobil di jalan tol Padaleunyi Bandung yang mengakibatkan patahnya tulang bahu kanan dan posisi tulang panggul saya yang agak 'terpuntir' karena benturan aspal jalan.
Sebegitu hebatnya kecelakaan Alhamdulillah saya selamat, namun kecelakaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan bahu kanan saya menjadi terhambat ( lebih pendek, kecil, dan lemah ) dibanding dengan bahu kiri. Tubuh bagian atas saya kaku dengan gerakan yang terbatas, karena posisi panggul yang tidak simetris.
Saya telah mencoba berobat dengan mendatangi ahli pijat dan melakukan fisioterapi. Manfaatnya cukup terasa karena saya dapat dengan cepat beraktivitas kembali. Namun setelah beberapa kali fisioterapi, saya merasakan bahu kanan saya agak naik dan pendek, masih terasa sakit bila memikul beban sehingga semua kegiatan mengangkat barang, saya lakukan dengan bahu kiri.
Setelah tekun berlatih yoga asanas pada tahun-tahun berikutnya, saya dapat merasakan kekuatan kedua bahu kembali seimbang dan fleksibilitas tubuh meningkat secara menyeluruh.

Serius Belajar
Saya mulai belajar yoga lebih serius pada tahun 1997 di Bandung, diantaranya di Murnianda Brotherhood dan Yayasan Ananda Marga Indonesia cabang Bandung, kemudian saya melanjutkannya di Jakarta, Singapura dan bahkan sampai ke India.
Saya pikir, inilah jalan hidup yang telah Tuhan berikan kepada saya agar saya bisa menjadi manusia yang lebih baik dan dapat berdamai dengan diri saya. Saya pun mulai berpikir positif, bahwa semua masalah yang terjadi di masa lalu merupakan cara Tuhan mengantar saya pada sesuatu yang lebih baik.
Belajar yoga bagi saya bukan sebagai exercise, yoga merupakan ilmu untuk mempelajari hidup agar lebih harmonis. Inti dari yoga ialah penguasaan diri, tubuh, pikiran, dan mental yang bila kita telah dapat menyelaraskan ketiganya maka kita dapat hidup dengan damai.
Teknik asanas sepintas mirip dengan aktivitas fisik lainnya yang kini banyak berkembang, merupakan aktivitas fisik yang sifatnya meditatif yang bertujuan tidak hanya meningkatkan kesehatan, namun juga untuk membangkitkan energi spiritual dalam diri manusia. Dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berlatih yoga, teknik pernapasan, dan meditasi, maka sedikit demi sedikit saya menjadi lebih santai dan rileks.
Bagi saya, manfaat dari berlatih yoga melebihi aktivitas olahraga rutin sehari-hari. Yoga menghubungkan tubuh dan pikiran. Dapat dikatakan bila tubuh tidak terkendali, maka pikiran pun tidak akan terkendali.

Menjadi Vegetarian
Agar lebih sehat, sejak tahun 1997, saya menjadi vegetarian, tepatnya lacto vegetarian. Tujuannya tidak lain agar saya dapat merasakan manfaat yang optimal dari latihan yoga saya. Saya memilih sayur dan buah serta banyak minum air putih.
Di dalam yoga, terdapat lima prinsip yang akan memaksimalkan manfaatnya bila kita lakukan.
1. Berlatih yang cukup. Postur yoga ( asanas ) membantu meregangkan dan membina otot serta menguatkan tulang dan melenturkan sendi. Asanas menstimulasi pengeluaran hormon endorfin yang menciptakan rasa nyaman pada tubuh.
2. Bernapas yang baik ( pranayama ). Meningkatkan kapasitas paru-paru agar pernapasan menjadi lebih optimal. Teknik pernapasan juga membantu menguatkan organ tubuh internal, meningkatkan kontrol emosi dan memberikan sensasi rileks yang mendalam.
3. Menjalankan diet yang sehat. Diet yang benar dan seimbang akan meningkatkan daya tahan tubuh, kesehatan secara keseluruhan dan menenangkan pikiran.
4. Istirahat yang Cukup. Mengistirahatkan tubuh setelah melakukan asanas, meningkatkan perasaan nyaman dan rileks pada tubuh, melancarkan sirkulasi darah dan mengembalikan tubuh pada kondisi yang stabil.
5. Berpikir positif dan meditasi. Merlatih yoga akan menimbulkan pikiran yang positif dan meningkatkan rasa percaya diri. Yoga membimbing pemurnian pikiran agar terhindar dari pikiran yang negatif. Meditasi akan membimbing pikiran untuk masuk kedalam kesadaran diri yang merupakan tujuan tertinggi dalam yoga.
Apabila kita hanya melakukan satu dari kelima prinsip tersebut, misalnya asanas saja, kita hanya mendapatkan satu bagian saja.

Tidak mudah gelisah
Dengan menjadi vegetarian, saya telah menjalankan salah satu misi dari yoga, yakni ahimsa , dengan lebih menghargai kehidupa. Selain itu saya pun jauh menjadi lebih tenang, lebih bisa disiplin, memiliki pola hidup yang lebih teratur, serta tidak mudah gelisah.
Secara garis besar, dengan berlatih yoga saya menjadi lebih puas dengan kondisi diri saya, baik dan buruk. Saya menjadi lebih sehat, lebih senang, batin saya damai, pikiran saya dipenuhi oleh energi positif, dan dipenuhi rasa kasih sayang.
Lebih jauh lagi, yoga membuat saya dapat beribadah dengan lebih berkualitas. Kalau dulu sulit berkonsentrasi, sekarang saya menjadi lebih mudah untuk'berkoneksi' dengan Tuhan pada saat shalat. Jika sebelumnya saya cepat marah, sekarang menjadi lebih terkontrol. Setiap mau marah, saya berpikir untuk 'mundur' selangkah. " Siapa sih yang marah?" Dengan demikian, saya bisa menguasai emosi.
Walaupun sekarang saya sudah menjadi pengajar yoga, saya tetap seorang yogi ( siswa yoga ) yang akan terus mempelajari yoga hingga kapan pun. Saya yakin yoga dapat membuat hidup saya lebih positif pada masa kini dan nanti.
( Emma Madjid )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya dapat dihubungi di email: putranarayana072@yahoo.com