(Perjalanan hidup seorang praktisi Yoga)
Menjadi guru yoga seperti sekarang ini sebenarnya
tidak pernah terbayangkan sejak semula oleh saya.
Sesekali saya berhadapan dengan anak-anak, kali
lain berhadapan dengan profesional muda. Menghadapi orang banyak, saya tidak
mengalami hambatan lagi. Padahal waktu masih kuliah, jangankan tampil di depan
umum, jika diminta memberikan presentasi di depan kelas saat perkuliahan di Seni
Rupa ITB, saya sering tidak bisa konsentrasi. Akibatnya, presentasi yang sudah
disiapkan jauh - jauh hari, bisa berantakan pada hari H.
Namun setelah mengenal yoga, lambat laun sifat dan sikap saya yang kurang
baik, terkikis satu persatu. Yoga bisa mengubah diri saya dari seorang yang
sangat pesimis, menjadi orang yang tegar, sekaligus lembut. Melalui yoga pula
saya bisa menerima keberadaan diri, dan lebih bisa mengendalikan emosi yang
sering meluap-luap.
Permasalahan Keluarga
Ketika masih mahasiswi, saya mencatat beberapa
hal yang kurang baik pada diri saya. Pertama, saya selalu berpikir negatif.
Kedua, saya paling senang membesar-besarkan masalah. Selain itu, apabila sedang
ada problem, saya mudah sekali marah. Akibatnya saya tidak pernah tenang. Stres
pun terus menghimpit.
Mungkin saja masalah-masalah itu mengemuka karena
latar belakang keluarga saya yang broken home. Akibatnya sejak kecil
saya selalu terkondisikan untuk selalu tegang, dan akhirnya saya jadi punya
konsep diri yang tidak baik.
Saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, yang
melibas ekonomi keluarga kami, saya merasakan kondisi itu berat sekali. Bisnis
keluarga yang sudah sejak lama berjalan dengan mulus, serta merta bangkrut.
Akibatnya agar bisa bertahan hidup, kami harus banting stir. Contoh kecil, saya
yang semula tinggal bersama orang tua, harus pindah ke tempat kos yang
sederhana.
Perubahan yang tiba-tiba itu tentunya membuat
saya menjadi mudah limbung, seakan -akan tidak punya pegangan. Tetapi, roda-roda
kehidupan harus tetap bergulir bukan?
Membaca buku yoga
Dalam menapaki hari-hari selanjutnya, yang
terbayangkan oleh diri saya, alangkah menyenangkannya apabila ketegangan yang
disebabkan karena beban perkuliahan maupun masalah keluarga bisa dilepaskan satu
persatu. Tetapi kemana melepasnya? Itu menjadi tanda tanya besar.
Dalam kondisi tersebut tiba-tiba ada keinginan
untuk berhenti kuliah yang sedang berjalan, sehingga stres yang sudah mengakar,
semakin bertunas. Tetapi karena saya sudah menjalani selama sekian tahun, dan
juga karena kasihan pada ibu saya, dengan segala daya dan upaya saya harus
menyelesaikan kuliah sampai tuntas.
Sebelumnya, sekitar tahun 1996, secara tidak
sengaja saya menemukan sebuah buku berjudul Yoga, Meaning, Value and
Practice karya Phulgenda Sinha yang saya dapatkan saat sedang mencari buku
mata kuliah di toko buku Palasari, Bandung. Toko tersebut menjual buku-buku
bekas/kuno dengan harga murah.
Saya pernah mengetahui sebelumnya bahwa yoga
dapat meredakan ketegangan. Karena saya mudah stres, maka saya mencoba untuk
berlatih yoga dengan bantuan buku tersebut.
Di masa awal berlatih yoga, saya hanya menganggap
yoga sebagai olahtubuh yang mampu memberikan rasa rileks saja, namun setelah
menjalani hari-hari yang lebih berat setelahnya, saya mulai berpikir yoga
ternyata buka sekedar olahtubuh, ia dapat menjadi pegangan dalam menapaki
hari-hari saya.
Setiap hari, saya mencoba memahami lembar demi
lembar buku yoga yang sudah tidak utuh lagi itu. Dan pada akhirnya saya berani
mencoba mempraktikkan asanas ( postur ), termasuk meditasi, sampai
relaksasi.
Awalnya tubuh kaku
Di awal melakukan yoga asanas dan teknik bernapas
( pranayama ), saya merasa tubuh sangat kaku, dan karena 'guru' pertama saya
adalah buku, maka saya tidak tahu apakah telah melakukannya dengan benar atau
tidak.
Jangankan untuk melakukan meditasi, memusatkan
pikiran saat melakukan pengaturan napas dalam asanas pun teramat sulitnya.
Postur-postur yoga yang terlihat sangat rumit yang tertera dalam buku,
sepertinya mustahil untuk dapat saya kuasai.
Dan di awal masa mempelajari yoga, saya juga
belum terlalu memahami esensi dari yoga. Saya hanya berpikir bahwa yoga hanyalah
sebatas olahtubuh yang memberikan rileksasi saja, dan kebetulan saya perlu
rileks, oleh karenanya saya memilih yoga. Ketika itu terus terang saja saya
menjadikan yoga sebagai 'pelarian' saat saya menghadapi masalah.
Namun sebenarnya itu kurang tepat, karena
bagaimana pun kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah hanya dengan
menghindar!
Pada masa awal berlatih yoga, saya kurang tepat
memposisikannya. Namun seiring dengan dengan bergulirnya waktu ( saya belajar
yoga hampir 10 tahun dengan guru yang berbeda-beda ) sekarang saya lebih
memahami esensi yoga, dan apa yang saya dapatkan lebih dari sekedar
rileksasi.
Menguasai tubuh, pikiran, dan
jiwa
Yoga ( terutama jenis hatha )
mengajarkan bahwa penguasaan tubuh melalui asanas ( postur ) merupakan jalan
kita menuju penguasaan pikiran, dan penguasaan pikiran merupakan gerbang awal
menuju penguasaan jiwa. Dan bila kita telah mampu menguasai ke tiga aspek
tersebut - tubuh, pikiran, dan jiwa - maka kita akan mengerti kehidupan kita dan
dapat mengalaminya dengan lebih harmonis.
Relaksasi dalam yoga pun tidak hanya sekedar
santai bermalas-malasan, namun merupakan cara yang sangat efektif untuk
melepaskan seluruh ketegangan dan emosi negatif yang terbentuk dari tubuh fisik
hingga ke mental. Dan bila seluruh aspek dari diri telah relaks, maka kita dapat
merasakan damai yang sesungguhnya, dan mulai tergerak untuk memperbaiki perilaku
kita.
Saya juga belajar bahwa satu-satunya cara agar
dapat bertahan ialah dengan berjuang, dan bukan dengan menghindar. Disini saya
rasakan peran yoga sebagai alat pengontrol diri. Menenangkan diri saat sedang
tegang, sekaligus menguatkan mental saya saat menghadapi masalah.
Kecelakaan Mobil
Oh ya, pada tahun 1994, waktu masih SMA saya
sempat mengalami kecelakaan mobil di jalan tol Padaleunyi Bandung yang
mengakibatkan patahnya tulang bahu kanan dan posisi tulang panggul saya yang
agak 'terpuntir' karena benturan aspal jalan.
Sebegitu hebatnya kecelakaan Alhamdulillah saya
selamat, namun kecelakaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan bahu kanan saya
menjadi terhambat ( lebih pendek, kecil, dan lemah ) dibanding dengan bahu kiri.
Tubuh bagian atas saya kaku dengan gerakan yang terbatas, karena posisi panggul
yang tidak simetris.
Saya telah mencoba berobat dengan mendatangi ahli
pijat dan melakukan fisioterapi. Manfaatnya cukup terasa karena saya dapat
dengan cepat beraktivitas kembali. Namun setelah beberapa kali fisioterapi, saya
merasakan bahu kanan saya agak naik dan pendek, masih terasa sakit bila memikul
beban sehingga semua kegiatan mengangkat barang, saya lakukan dengan bahu
kiri.
Setelah tekun berlatih yoga asanas pada
tahun-tahun berikutnya, saya dapat merasakan kekuatan kedua bahu kembali
seimbang dan fleksibilitas tubuh meningkat secara menyeluruh.
Serius Belajar
Saya mulai belajar yoga lebih serius pada tahun
1997 di Bandung, diantaranya di Murnianda Brotherhood dan Yayasan Ananda Marga
Indonesia cabang Bandung, kemudian saya melanjutkannya di Jakarta, Singapura dan
bahkan sampai ke India.
Saya pikir, inilah jalan hidup yang telah Tuhan
berikan kepada saya agar saya bisa menjadi manusia yang lebih baik dan dapat
berdamai dengan diri saya. Saya pun mulai berpikir positif, bahwa semua masalah
yang terjadi di masa lalu merupakan cara Tuhan mengantar saya pada sesuatu yang
lebih baik.
Belajar yoga bagi saya bukan sebagai
exercise, yoga merupakan ilmu untuk mempelajari hidup agar lebih
harmonis. Inti dari yoga ialah penguasaan diri, tubuh, pikiran, dan mental yang
bila kita telah dapat menyelaraskan ketiganya maka kita dapat hidup dengan
damai.
Teknik asanas sepintas mirip dengan aktivitas
fisik lainnya yang kini banyak berkembang, merupakan aktivitas fisik yang
sifatnya meditatif yang bertujuan tidak hanya meningkatkan kesehatan, namun juga
untuk membangkitkan energi spiritual dalam diri manusia. Dengan meluangkan waktu
setiap hari untuk berlatih yoga, teknik pernapasan, dan meditasi, maka sedikit
demi sedikit saya menjadi lebih santai dan rileks.
Bagi saya, manfaat dari berlatih yoga melebihi
aktivitas olahraga rutin sehari-hari. Yoga menghubungkan tubuh dan pikiran.
Dapat dikatakan bila tubuh tidak terkendali, maka pikiran pun tidak akan
terkendali.
Menjadi Vegetarian
Agar lebih sehat, sejak tahun 1997, saya menjadi
vegetarian, tepatnya lacto vegetarian. Tujuannya tidak lain agar saya
dapat merasakan manfaat yang optimal dari latihan yoga saya. Saya memilih sayur
dan buah serta banyak minum air putih.
Di dalam yoga, terdapat lima prinsip yang akan
memaksimalkan manfaatnya bila kita lakukan.
1. Berlatih yang cukup. Postur
yoga ( asanas ) membantu meregangkan dan membina otot serta menguatkan tulang
dan melenturkan sendi. Asanas menstimulasi pengeluaran hormon endorfin yang
menciptakan rasa nyaman pada tubuh.
2. Bernapas yang baik ( pranayama
). Meningkatkan kapasitas paru-paru agar pernapasan menjadi lebih
optimal. Teknik pernapasan juga membantu menguatkan organ tubuh internal,
meningkatkan kontrol emosi dan memberikan sensasi rileks yang mendalam.
3. Menjalankan diet yang sehat.
Diet yang benar dan seimbang akan meningkatkan daya tahan tubuh,
kesehatan secara keseluruhan dan menenangkan pikiran.
4. Istirahat yang Cukup.
Mengistirahatkan tubuh setelah melakukan asanas, meningkatkan perasaan
nyaman dan rileks pada tubuh, melancarkan sirkulasi darah dan mengembalikan
tubuh pada kondisi yang stabil.
5. Berpikir positif dan meditasi.
Merlatih yoga akan menimbulkan pikiran yang positif dan meningkatkan
rasa percaya diri. Yoga membimbing pemurnian pikiran agar terhindar dari pikiran
yang negatif. Meditasi akan membimbing pikiran untuk masuk kedalam kesadaran
diri yang merupakan tujuan tertinggi dalam yoga.
Apabila kita hanya melakukan satu dari kelima
prinsip tersebut, misalnya asanas saja, kita hanya mendapatkan satu bagian
saja.
Tidak mudah gelisah
Dengan menjadi vegetarian, saya telah menjalankan
salah satu misi dari yoga, yakni ahimsa , dengan lebih menghargai
kehidupa. Selain itu saya pun jauh menjadi lebih tenang, lebih bisa disiplin,
memiliki pola hidup yang lebih teratur, serta tidak mudah gelisah.
Secara garis besar, dengan berlatih yoga saya
menjadi lebih puas dengan kondisi diri saya, baik dan buruk. Saya menjadi lebih
sehat, lebih senang, batin saya damai, pikiran saya dipenuhi oleh energi
positif, dan dipenuhi rasa kasih sayang.
Lebih jauh lagi, yoga membuat saya dapat
beribadah dengan lebih berkualitas. Kalau dulu sulit berkonsentrasi, sekarang
saya menjadi lebih mudah untuk'berkoneksi' dengan Tuhan pada saat shalat. Jika
sebelumnya saya cepat marah, sekarang menjadi lebih terkontrol. Setiap mau
marah, saya berpikir untuk 'mundur' selangkah. " Siapa sih yang marah?" Dengan
demikian, saya bisa menguasai emosi.
Walaupun sekarang saya sudah menjadi pengajar
yoga, saya tetap seorang yogi ( siswa yoga ) yang akan terus
mempelajari yoga hingga kapan pun. Saya yakin yoga dapat membuat hidup saya
lebih positif pada masa kini dan nanti.
( Emma Madjid )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya dapat dihubungi di email: putranarayana072@yahoo.com